Balangtieng Jadi Sorotan Global: GEF SGP dan Ilmuwan Dunia Tinjau Masa Depan Petani Aren
Bulukumba – Daerah Aliran Sungai (DAS) Balangtieng di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tengah menjadi perhatian dunia. GEF Small Grants Programme (GEF-SGP) Indonesia bersama peneliti dari dalam dan luar negeri meninjau langsung potensi serta tantangan petani aren dalam menghadapi perubahan iklim. Kegiatan ini berlangsung pada 30 Mei 2025 di Desa Bajiminasa, Kecamatan Rilau Ale.
Kunjungan tersebut melibatkan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan Ghent University Belgia, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Balang Institute, dan Dana Mitra Tani (DMT) Bulukumba. Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Eduardo De La Peña dari Ghent University turut berdialog langsung dengan para petani aren, mendengarkan cerita tentang dampak nyata perubahan iklim terhadap produksi nira dan gula aren.
“Ini adalah bentuk nyata pendekatan partisipatif dalam penelitian. Kita mendengarkan langsung suara petani dan menjadikan pengalaman mereka sebagai bagian penting dari kajian ilmiah,” ujar Sri Puswandi, Ketua DMT Bulukumba.
GEF-SGP Indonesia menyebut kunjungan ini sebagai bagian dari studi adaptasi perubahan iklim berbasis masyarakat untuk komoditas kehutanan seperti aren, kakao, kopi, dan cengkeh. Para peneliti juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi sederhana dalam proses produksi serta peningkatan nilai tambah produk lokal.
Selain penelitian lapangan, GEF-SGP menggandeng KBRI Belgia untuk memperluas promosi produk lokal berkelanjutan ke pasar internasional. Dukungan diplomatik ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pembangunan ekonomi berbasis komunitas, khususnya melalui praktik pertanian adaptif dan agroforestri berkelanjutan.
“Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat menyusun rekomendasi kebijakan yang inklusif dan berbasis sains untuk memperkuat ketahanan petani terhadap krisis iklim,” jelas Prof. Eduardo dalam sesi diskusi terbuka.
Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan forum tahunan lintas sektor yang melibatkan pemangku kebijakan, akademisi, dan pegiat lingkungan hidup. Balangtieng kini tak hanya menjadi pusat produksi gula aren, tetapi juga menjadi laboratorium hidup untuk masa depan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

