Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia didedikasikan untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan sebagai berikut:
- Perubahan iklim global yang mereduksi kapasitas produksi pertanian dan secara langsung mengancam ketahanan pangan, energi dan ketersediaan sumberdaya air;
- Ekskalasi kelangkaan lahan, degradasi sumberdaya pertanian dan menajamnya persaingan pemanfaatan lahan dan air yang menghambat implementasi ekstensifikasi pertanian dan bahkan mendorong konflik land and water grabbing;
- Urbanisasi dan pertumbuhan populasi yang memicu terjadinya peningkatan kebutuhan pangan,air dan energi secara signifikan;
- Dietary transition dan perubahan perilaku konsumen produk pangan di satu sisi serta di sisi lain pelemahan akses pangan yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan pencadangan pangan di daerah dan oleh masyarakat; sistem perdagangan antar pulau yang belum efektif dan efisien; perdagangan komoditas pangan strategis di pasar internasional yang tidak adil serta asimetri struktur pasar nasional pada gilirannya mengakibatkan kondisi rawan pangan dan meluasnya stunting khususnya pasca pandemi Covid-19;
- Mengetatnya penjaminan dan kompleksitas atribut mutu produk serta transparansi pengembangan rantai nilai sebagai syarat imperatif akses pasar yang belum mampu diadaptasi oleh pertanian berskala kecil;
- Dampak penguasaan industri dan perdagangan sarana prasarana serta hasil pertanian oleh hanya sedikit perusahaan multinasional yang mengancam eksistensi usaha pertanian gurem;
- Keterlambatan integrasi kebijakan di hulu, on-farm dan hilir berdampak pada menurunnya pendapatan dan kesejahteraan petani;
- Partisipasi masyarakat, desentrasiliasi dan otonomi serta reformasi birokrasi yang berpotensi menghambat pembangunan pertanian bila tidak dikelola dengan baik
- Kebijakan alokasi penggunaan input pertanian dan subsidi belum mampu mengakomodasi kebutuhan petani gurem; dan
- Terbatasnya akses pada faslitas kredit dan belum berkembangnya asuransi pertanian yang mampu meminimalkan risiko usaha pertanian.
Impelementasi pembangunan pertanian berkelanjutan yang adaptif di tengah tekanan problematik sebagaimana telah diuraikan, idealnya dilaksanakan dengan berorientasi pada kesejahteraan ekonomi dan sosial petani, pekerja serta masyarakat sekitar, konservasi sumberdaya pertanian dan optimalisasi nilai tambah ekonomi bagi petani dan pelaku Ekonomi Pertanian pada umumnya. Untuk itu diperlukan eksistensi formulator kebijakan ekonomi pertanian yang handal, praktisi dan manajer (agropreneur), rural societies developer, konsultan, akademisi dan peneliti ekonomi pertanian yang profesional. Kebutuhan atas profil sumberdaya manusia dengan ciri kompetensi tersebut menjadi dasar formulasi visi keilmuan Proram Studi (PS) Magister Ekonomi Pertanian sebagai berikut:
“Mengembangkan dan mendiseminasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan pembelajaran yang inovatif yang berhubungan dengan Pembangunan pertanian berkelanjutan.”