FP Tambah Amunisi 2 Professor Baru
Fakultas Pertanian mendapatkan amunisi baru untuk memperkuat sumberdaya tenaga pendidik dengan dikukuhkannya Prof. Ir. Cahyo Paryogo, S.P., M.P., Ph.D., sebagai professor dalam bidang
Ilmu Manajemen Sumberdaya Hutan dan Lahan dan Prof. Dr. Agr.Sc. Ir. Hagus Tarno, S.P., M.P., sebagai professor dalam Bidang Entomologi Pertanian. Pengukuhan professor itu sendiri dilaksanakan Sabtu dan Minggu (14 dan 15/10/2023) di Gedung Samantha Krida UB.
Prof. Ir. Cahyo Prayogo, S.P., M.P., Ph.D. dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 32 di Fakultas Pertanian dan Profesor aktif ke 186 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 345 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya. Dalam orasi ilmiah pengukuhan membawakan materi yang berjudul “ Teknologi Cerdas “CLIMO 1” Hutan Dan Lahan (Tchl) Untuk Menjaga Kelestarian Ekosistem Dan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim “.
Konsep Teknologi Cerdas “CLIMO 1” ini meliputi pemanfaatan dan pengembangan teknologi data sensor (teknologi di bumi) yang dapat merekam kondisi hutan dan lahan di atas permukaan dan pada saat ini (real time), dimana pada saat yang bersamaan dilakukan monitoring data lapangan dari jarak jauh dengan citra satelit atau UAV (Unmanned Aerial Vehichle) (teknologi di angkasa).
Keunggulan teknologi ini adalah pengumpulkan data yang cepat dan akurat yang mendekati kondisi aktual di lapangan sehingga dapat mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari kesalahan pengelolaan hutan dan lahan. Namun, kelemahannya terdapat pada mahalnya infrastruktur yang harus dibangun dan sistem yang akan dikembangkan serta stabilitas dan kontinyuitas pengiriman data.
Sedangkan Prof. Dr.Agr.Sc. Ir. Hagus Tarno, S.P., M.P sebagai profesor aktif ke-33 di Fakultas Pertanian, dan Profesor aktif ke-191 di Universitas Brawijaya, serta ke-350 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan Universitas Brawijaya. Dalam orasi ilmiah pengukuhan pria asli malang ini membawakan materi yang berjudul ” Potensi MEES (Modified Ecological Engineering Strategy) Dalam Pengelolaan Kumbang Ambrosia “
Rekayasa ekologi selama ini lebih pada pengelolaan vegetasi untuk modifikasi habitat yang menguntungkan bagi musuh alami, namun dalam pendekatan MEES, semiokimia dapat menjadi bagian penting dalam pendekatan rekayasa ekologi. Strategi rekayasa ekologi yang termodifikasi (MEES) meliputi, penggunaan semiokimia tunggal (penarik) maupun berpasangan (kombinasi penarik dan penolak), heterogenisitas lanskap, penjarangan tanaman dan sanitasi.
Keunggulan MEES adalah mengurangi potensi peledakan populasi kumbang ambrosia, ramah lingkungan, dapat digunakan sebagai peringatan dini, dan lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetik. Kelemahan MEES adalah membutuhkan perencanaan yang baik, pengetahuan terhadap aspek bioekologi kumbang ambrosia, dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat. (zma)